Senin, 23 November 2009

Nilai Pendidikan di Negeri kita

Sesuai dengan materi kita kali ini adalah hubungan negara dengan warga negaranya, saya ingin mengangkat masalah pendidikan di negara kita. Karena masalah ini berhubungan dengan hak warga negara. Salah satu hak kita sebagai warga negara Indonesia adalah mendapatkan pendidikan yang layak. Pertanyaanya adalah apakah kita sudah mendapatkan pendidikan yang layak dan memadai??

Menurut saya sendiri kita belum mendapatkan pendidikan yang layak. Pertama untuk mendapatkan pendidikan saja kita masih diminta pungutan biaya. Sedangkan pemerintah telah menetapkan wajib belajar 9 tahun hingga SMP dan pemerintah juga telah menetapkan pendidikan gratis. Namun masih ada saja beberapa sekolahan yang meminta pungutuan biaya macam - macam sehingga kita dipersulit untuk mendapatkan hak kita sendiri sebagai warga negara Indonesia. Dampaknya sangat berpengaruh bagi rakyat kecil. Peluang mereka untuk mendapatkan pendidikan semakin kecil. Sehingga mau ga mau mereka terima dan kebanyakan justru malah menjadi pengamen atau pengemis. Padahal untuk usia yang masih dini diwajibkan mendapatkan pengajaran. Seharusnya pemerintah lebih survei dengan sekolah - sekolah yang ada, karena tidak semua sekolah yang mengikuti ketetapan pemerintah yang memberikan pendidikan gratis selama 9 tahun.

Dan menurut dengan sumber yang saya dapati dari website : www.km.itb.ac.id. Sistem pendidikan di Indonesia masih ada yang salah.

nilah salah satu kesalahan terbesar metode pendidikan yang dikembangkan di Indonesia. Pendidikan kita sangat tidak memperhatikan aspek afektif (merasa), sehingga kita hanya tercetak sebagai generasi-generasi yang pintar tapi tidak memiliki karakter-karakter yang dibutuhkan oleh bangsa ini. Sudah 45 tahun Indonesia merdeka, dan setiap tahunnya keluar ribuan hingga jutaan kaum intelektual. Tapi tak kuasa mengubah nasib bangsa ini. Maka pasti ada yang salah dengan sistem pendidikan yang kita kembangkan hingga saat ini.

Kesalahan kedua, sistem pendidikan yang top-down atau dari atas kebawah. Freire menyebutnya dengan banking-system. Dalam artian peserta didik dianggap sebagai safe-deposit-box dimana guru mentransfer bahan ajar kepada peserta didik. Dan sewaktu-waktu jika itu diperlukan maka akan diambil dan dipergunakan. Jadi peserta didik hanya menampung apa yang disampaikan guru tanpa mencoba untuk berpikir lebih jauh tentang apa yang diterimanya, atau minimal terjadi proses seleksi kritis tentang bahan ajar yang ia terima. Dalam istilah bahasa arab pendidikan seperti ini dikatakan sebagai taqlid. Artinya menerima atau mengikuti apa saja yang dikatakan oleh para pendidik. Dan ini tidak sejalan dengan substansi pendidikan yang membebaskan manusia (Ki Hajar Dewantara).

Kesalahan ketiga, Saat ini terjadi penyempitan makna dari pendidikan itu sendiri ketika istilah-istilah industri mulai meracuni istilah istilah pendidikan. Di tandai dengan bergantinya manusia menjadi Sumber Daya Manusia (SDM).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Myspace Cursors @ JellyMuffin.comMyspace Layouts & cursors

Hot Myspace Generators